Rabu, 15 Mei 2013

ASAL USUL MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM


Banyak ahli ilmu pengetahuan mendukung teori evolusi yang mengatakan bahwa makhluk hidup (manusia) berasal dari makhluk yang mempunyai bentuk maupun kemampuan yang sederhana kemudian mengalami evolusi dan kemudian menjadi manusia seperti sekarang ini. Hal ini diperkuat dengan adanya penemuan-penemuan ilmiah berupa fosil seperti jenis Pitheccanthropus dan Meghanthropus. Di lain puhak banyak ahli agama yang menentang adanya proses evolusi manusia tersebut. Hal ini didasarkan pada berita-berita dan informasi-informasi yang terdapat pada kitab suci masing-masing agama yang mengatakan bahwa Adam adalah manusia pertama. Salah satu sifat asli Al-Quran, adalah bahwa untuk mengilustrasikan penegasan yang berulang-ulang tentang ke-Mahakuasaan Tuhan, kitab tersebut merujuk kepada suatu keragaman gejala alam. Al-Quran memberikan jawaban yang amat jelas pada pertanyaan pada titik manakah kehidupan bermula[1]. Dalam Islam, dijelaskan pula tahapan-tahapan kejadian dan asal usul manusia [2]antara lain : a) Proses Kejadian Manusia Pertama (Adam) Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup b) Proses Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa) Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). c) Proses Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa) Kejadian manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits dapat pula ditinjau secara medis. Di dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara terperinci melalui firman-Nya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14). Dapat dikemukakan bahwa filsafat Islam pada umumnya, memandang manusia terdiri dari dua substansi yang bersifat materi (badan) dan substansi yang bersifat immateri (jiwa) dan hakikat dari manusia adalah substansi immaterialnya seperti ditulis oleh Imam al-Ghazali mengemukakan bahwa essensi manusia adalah jiwanya[3]: “Adanya jiwa dalam dirinya membuat manusia itu menjadi ciptaan Tuhan yang unggul. Dengan jiwa itu pula manusia dapat mengenal Tuhannya dan sifat-sifatNya bukan dengan organ tubuh lainnya. Dengan jiwa itu jualah, manusia dapat mendekatkan diri dengan tuhan dan berusaha mewujudkan. Jadi, jiwa adalah raja dalam diri manusia dan anggota tubuh lainnya adalah unsur-unsur yang melaksanakan perintah tuhan. Jiwa itu diterima oleh tuhan apabila dia tetap bebas dari hal-hal selain dari tuhan. Apabila ia terikat pada hal-hal yang bukan dengan tuhan, dia telah menjauh darinya. Jiwa manusialah yang akan dipertanyakan dan disiksa.

0 komentar:

Posting Komentar